Selasa, 18 Oktober 2016

GP Anshor

Berkenaan dengan tugas Sosiologi Hukum, di sini saya akan memberikan lembaga-lembaga yang saya ikuti di daerah saya.  Saya mengikuti beberapa lembaga yang ada di daerah saya yaitu GP Anshor ranting Kec. Besuki. GP Anshor ranting Kec. Besuki bermarkas di gedung NU Kec. Besuki.
Yang pertama, terlebih dahulu saya akan membahas sejarah kelahiran GP Anshor.  Kelahiran Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) diwarnai oleh semangat perjuangan, nasionalisme, pembebasan, dan epos kepahlawanan. GP Ansor terlahir dalam suasana keterpaduan antara kepeloporan pemuda pasca-Sumpah Pemuda, semangat kebangsaan, kerakyatan, dan sekaligus spirit keagamaan. Karenanya, kisah Laskar Hizbullah, Barisan Kepanduan Ansor, dan Banser (Barisan Serbaguna) sebagai bentuk perjuangan Ansor nyaris melegenda. Terutama, saat perjuangan fisik melawan penjajahan dan penumpasan G 30 S/PKI, peran Ansor sangat menonjol.
Ansor dilahirkan dari rahim Nahdlatul Ulama (NU) dari situasi ”konflik” internal dan tuntutan kebutuhan alamiah. Berawal dari perbedaan antara tokoh tradisional dan tokoh modernis yang muncul di tubuh Nahdlatul Wathan, organisasi keagamaan yang bergerak di bidang pendidikan Islam, pembinaan mubaligh, dan pembinaan kader. KH Abdul Wahab Hasbullah, tokoh tradisional dan KH Mas Mansyur yang berhaluan modernis, akhirnya menempuh arus gerakan yang berbeda justru saat tengah tumbuhnya semangat untuk mendirikan organisasi kepemudaan Islam.
Dua tahun setelah perpecahan itu, pada 1924 para pemuda yang mendukung KH Abdul Wahab –yang kemudian menjadi pendiri NU– membentuk wadah dengan nama Syubbanul Wathan (Pemuda Tanah Air). Organisasi inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Gerakan Pemuda Ansor setelah sebelumnya mengalami perubahan nama seperti Persatuan Pemuda NU (PPNU), Pemuda NU (PNU), dan Anshoru Nahdlatul Oelama (ANO).
Nama Ansor ini merupakan saran KH. Abdul Wahab, “ulama besa” sekaligus guru besar kaum muda saat itu, yang diambil dari nama kehormatan yang diberikan Nabi Muhammad SAW kepada penduduk Madinah yang telah berjasa dalam perjuangan membela dan menegakkan agama Allah. Dengan demikian ANO dimaksudkan dapat mengambil hikmah serta tauladan terhadap sikap, perilaku dan semangat perjuangan para sahabat Nabi yang mendapat predikat Ansor tersebut. Gerakan ANO (yang kelak disebut GP Ansor) harus senantiasa mengacu pada nilai-nilai dasar Sahabat Ansor, yakni sebagi penolong, pejuang dan bahkan pelopor dalam menyiarkan, menegakkan dan membentengi ajaran Islam. Inilah komitmen awal yang harus dipegang teguh setiap anggota ANO (GP Ansor).
Meski ANO dinyatakan sebagai bagian dari NU, secara formal organisatoris belum tercantum dalam struktur organisasi NU. Hubungan ANO dengan NU saat itu masih bersifat hubungan pribadi antar tokoh. Baru pada Muktamar NU ke-9 di Banyuwangi, tepatnya pada tanggal 10 Muharram 1353 H atau 24 April 1934, ANO diterima dan disahkan sebagai bagian (departemen) pemuda NU dengan pengurus antara lain: Ketua H.M. Thohir Bakri; Wakil Ketua Abdullah Oebayd; Sekretaris H. Achmad Barawi dan Abdus Salam.
Dalam perkembangannya secara diam-diam khususnya ANO Cabang Malang, mengembangkan organisasi gerakan kepanduan yang disebut Banoe (Barisan Ansor Nahdlatul Oelama) yang kelak disebut BANSER (Barisan Serbaguna). Dalam Kongres II ANO di Malang tahun 1937. Di Kongres ini, Banoe menunjukkan kebolehan pertamakalinya dalam baris berbaris dengan mengenakan seragam dengan Komandan Moh. Syamsul Islam yang juga Ketua ANO Cabang Malang. Sedangkan instruktur umum Banoe Malang adalah Mayor TNI Hamid Rusydi, tokoh yang namaya tetap dikenang dan bahkan diabadikan sebagai sama salah satu jalan di kota Malang.
Salah satu keputusan penting Kongres II ANO di Malang tersebut adalah didirikannya Banoe di tiap cabang ANO. Selain itu, menyempurnakan Anggaran Rumah Tangga ANO terutama yang menyangkut soal Banoe.
Pada masa pendudukan Jepang organisasi-organisasi pemuda diberangus oleh pemerintah kolonial Jepang termasuk ANO. Setelah revolusi fisik (1945 – 1949) usai, tokoh ANO Surabaya, Moh. Chusaini Tiway, melempar mengemukakan ide untuk mengaktifkan kembali ANO. Ide ini mendapat sambutan positif dari KH. Wachid Hasyim, Menteri Agama RIS kala itu, maka pada tanggal 14 Desember 1949 lahir kesepakatan membangun kembali ANO dengan nama baru Gerakan Pemuda Ansor, disingkat Pemuda Ansor (kini lebih pupuler disingkat GP Ansor).
GP Ansor hingga saat ini telah berkembang sedemikan rupa menjadi organisasi kemasyarakatan pemuda di Indonesia yang memiliki watak kepemudaan, kerakyatan, keislaman dan kebangsaan. GP Ansor hingga saat ini telah berkembang memiliki 433 Cabang (Tingkat Kabupaten/Kota) di bawah koordinasi 32 Pengurus Wilayah (Tingkat Provinsi) hingga ke tingkat desa. Ditambah dengan kemampuannya mengelola keanggotaan khusus BANSER (Barisan Ansor Serbaguna) yang memiliki kualitas dan kekuatan tersendiri di tengah masyarakat.
Peraturan-peraturan organisasi GP Ansor yang ada di buku ini merupakan hasil keputusan Konferensi Besar XVII GP Ansor yang diselenggarakan di PP Al-Hamid Jakarta pada 22 s.d. 24 Juni 2012.
Tujuan
1) Membentuk dan mengembangkan generasi muda Indonesia sebagai kader bangsa yang cerdas dan tangguh, memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, berkepribadian luhur, berakhlak mulia, sehat, terampil, patriotik, ikhlas dan beramal shalih.
2) Menegakkan ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah dengan menempuh manhaj salah satu madzhab empat di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3) Berperan secara aktif dan kritis dalam pembangunan nasional demi terwujudnya cita-cita kemerdekaan Indonesia yang berkeadilan, berkemakmuran, berkemanusiaan dan bermartabat bagi seluruh rakyat Indonesia yang diridhoi Allah SWT.
Lambang GP ANSHOR  dipergunakan untuk pembuatan bendera, umbul-umbul, jaket kaos, cinderamata,  sticker dan identitas organisasi lainnya.
Arti Lambang
Ø  Segi tiga garis balas berarti tauhid, garis sisi kanan berarti fiqh dan garis sisi kiri berarti tasawwuf.
Ø  Segi tiga sama sisi keseimbangan pelaksanaan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama’ah yang meliputi Iman, Islam dan Ihsan atau ilmu tauhid, ilmu fiqh dan ilmu tasawwuf.
Ø  Garis tebal sebelah luar dan tipis sebelah dalam pada sisi segi tiga berarti keserasian dan keharmonisan hubungan antara pemimpin (garis tebal) dan yang dipimpin (garis tipis).
Ø  Warna hijau berarti kedamaian, kebenaran dan kesejahteraan.
Ø  Bulan sabit
Ø  Sembilan bintang :
·         Satu yang besar berarti Sunnah Rasulullah.
·         Empat bintang di sebelah kanan berarti sahabat Nabi (Khulafa’urrasyidin).
·         Empat bintang di sebelah kiri berarti madzhab yang empat: Hanafi, Maliki, Syafi’i  dan Hambali.
·         Tiga sinar ke bawah berarti pancaran cahaya dasar-dasar agama yaitu: Iman, Islam dan Ihsan yang terhunjam dalam jiwa dan hati.
Ø  Lima sinar ke atas berarti manifestasi pelaksanaan terhadap rukun Islam yang lima, khususnya shalat lima waktu.
Ø  Jumlah sinar yang delapan berarti juga pancaran semangat juang dari delapan Ashabul Kahfi dalam menegakkan hak dan keadilan menentang kebathilan dan kedzaliman serta  pengembangan agama Allah ke delapan penjuru mata angin.
Ø  Tulisan ANSOR (huruf besar ditulis tebal) berarti ketegasan sikap dan pendirian.
Pertama saya mengikuti GP Anshor hanya sekedar diajak tetangga saya untuk mengikuti kegiatan Anshor yang bermarkas di Kantor Nahdhotul Ulama besuki. Saat itu pula saya ditawari untuk ikut serta dalam keanggotaan GP Anshor.
Tahun kemarin saya mengikuti kegiatan GP ANSHOR di gedung GP ANSHOR di Lembu Peteng yang membahas tentang persebaran ISIS dan cara memberantas penyebaran ISIS apabila sampai di Tulungagung. Karena terror ISIS pada saat tersebut sangatlah berbahaya dan persebaran perekrutan di Indonesia juga banyak terjadi. Oleh karena itu diadakanlah pertemuan tersebut untuk pembekalan untuk setiap ranting. Malam itu dari berbagai ranting GP ANSHOR se-Kab. Tulungagung menghadiri kegiatan ini. Dengan di bekali materi serta ilmu perwakilan setiap ranting di harapkan dapat menginformasikan hal tersebut kepada anggota-anggotanya.

Disini lembaga yang saya ikuti ini yang berupa GP Anshor, adalah sebuah lembaga yang telah memiliki criteria criteria yang harus ada dalam suatu lembaga. Memiliki dasar pemikiran, aturan ,lambing (simbol), dan memiliki kekekalan dalam pelayanan serta kegiatannya.

1 komentar:

  1. What you need to make money from betting | Make Money
    In sports หาเงินออนไลน์ betting, when you make money from a horse, you are not going to win. You're not just betting money on a sportsbook, but as a player.

    BalasHapus